English Language Indonsian Language

Pertimbangan Tetap Bekerja Walaupun Sakit

Bandung, ITB Career Center – Beberapa waktu ini, perubahan cuaca yang begitu ekstrim terjadi di beberapa wilayah. Hal ini berdampak pada kesehatan kita, banyak orang yang rentan terkena penyakit. Salah satu virus yang akhir-akhir ini menjadi perhatian adalah virus corona. Virus ini telah menyebar ke berbagai wilayan di dunia dan meresahkan banyak orang.

Seseorang yang sakit tentu memerlukan istirahat, tetapi terkadang banyak orang yang memilih tetap bekerja walaupun sakit. Padahal hal ini akan membahayakan diri sendiri dan orang lain. Membahayakan untuk diri sendiri, karena kita memaksakan diri. Membahayakan orang lain, karena kita menularkan sakit yang kita derita. Lalu apa yang sebaikanya kita lakukan jika sakit?

  • Alasan bekerja walaupun sakit

Dikutip dari Monster.com, menurut sebuah survei terhadap lebih dari 2.800 pekerja oleh Robert Half, ada beberapa alasan utama seseorang memilih bekerja saat sedang sakit. Pertama, sebanyak 54 persen orang beralasan tetap bekerja karena memiliki terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Kedua, sebanyak 40 persen mengatakan harus bekerja karena tidak ingin menggunakan cuti sakit. Ketiga, sebanyak 34 persen mengatakan harus bekerja karena tekanan dari pimpinan mereka. Terakhir sebanyak 25 persen mengatakan harus bekerja karena rekan kerja akan terbebani tugas lebih banyak.

Survei lain mengatakan, sekitar 57 persen karyawan kadang-kadang memilih masuk kerja walaupun sakit sakit, dan 33 persen selalu masuk kerja walaupun sakit. Banyak pekerja yang memilih masuk bekerja karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, tetapi apakah kita bisa bekerja saat sedang sakit?

  • Yang harus dilakukan pekerja yang sakit

Ukuran sakit seseorang memang cukup relatif, pilihannya jika kita merasa masih sanggup untuk bekerja, hal tersebut bukan masalah. Tetapi jika kita merasa sakit yang diderita cukup parah dan dapat menganggu pekerjaan, kita tidak boleh memaksakan. Apalagi jika penyakit yang kita derita mudah ditularkan kepada orang lain.

Contohnya jika kita menderita flu, jika flu cukup ringan mungkin kita masih bisa bekerja, namun jika flu semakin berat, tentu kita harus beristirahat. Menurut New England Journal of Medicine, jarak bersin berkisar antara 3 hingga 26 kaki. Selain suara bising yang akan kita keluarkan saat batuk dan bersin, kita pun akan mengaggu kenyaman orang lain.

  • Kekhawatiran pekerja

Kekhawatiran lainnya yang dihadapi pekerja yang cuti sakit adalah pembayaran. Kebijakan setiap perusahaan memang berbeda-beda. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, hanya 63 persen orang yang mendapatkan bayaran untuk cuti sakit. Memang ada beberapa perusahaan yang tetap membayar pekerjanya yang cuti sakit dibatas waktu tertentu.

Namun, ada pula perusahaan yang tidak memberikan bayaran sama sekali, artinya gaji akan terpotong jika kita tidak hadir bekerja. Kita dapat mempertimbangkan hal tersebut dan konsultasi terlebih dahulu dengan pihak perusahaan tentang aturan cuti sakit tersebut.

Banyak pertimbangan seorang pekerja yang sakit untuk tetap bekerja atau mengambil cuti sakit. Hal ini tentu kembali ke pribadi masing-masing. Yang terpenting adalah memulihkan diri terlebih dahulu, kemudian menjaga kesehatan agar tidak mudah sakit. (Mar)

Logo ITB Logo ICC ITB

GKU Timur ITB Building

Jln. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia

Customer Service

Phone & Fax: (+62-22) 2509177

career@itb.ac.id

Employer Service

Phone & Fax: (+62-22) 2509162

Email : employerservices@itb.ac.id

© Direktorat Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung