3.png)
(Sumber Gambar : https://media.suara.com/pictures/970x544/2018/09/05/17003-stres.jpg)
Bandung, ITB Career Center – Jika kita merasa stres atau kewalahan oleh pandemi coronavirus, kita tidak sendirian. Survei yang dilakukan Pew Research Center, sebanyak 73 persen orang Amerika merasa gugup, cemas, atau gelisah setidaknya satu hingga dua hari dalam seminggu. 60 persen responden mengatakan mereka mengalami kesulitan tidur, dan 48 persen mengalami depresi.
Gangguan stress ini dapat menurunkan kinerja kita dalam bekerja, karena bagaimana pun beberapa perusahaan tetap memperkerjakan karyawannya baik itu di kantor atau bekerja dari rumah. Penelitian telah menemukan bahwa gejala depresi berdampak negatif pada kinerja dan kemampuan kognitif. Selain itu, stres dapat merusak daya ingat dan penilaian.
Jika kita sudah mengalami kecemasan dan stress hingga depresi, kita harus mencari cara untuk menyembuhkannya. Apalagi jika hal yang kita alami sudah mengaggu kegiatan kita. Dikutip dari themuse.com, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan jika mengalami beberapa gejala di atas akibat pandemi coronavirus.
Seiring COVID-19 terus menyebar, ketakutan dan kecemasan juga mungkin meningkat. Seorang pelatih dan pendiri 304 Coaching, Jennifer Thornton, memperhatikan berbagai tingkat stres dalam dirinya dan masing-masing anggota timnya dan mengatakan bahwa respons terhadap stres itu mungkin berbeda untuk setiap orang.
Beberapa orang mungkin merasakan stress dan belum bisa menerima perubahan yang terjadi akibat krisis ini. Sebagian lainnya mungkin sudah menemukan kenyamanan dan menyadari mereka perlu membuat beberapa perubahan atau mengambil kesempatan dan peluang baru. Maka, ketahui reaksi kita akibat dari krisis, dan mulai mencari penanganan kepada orang yang ahli jika dirasa membutuhkan.
Untuk meredakan stress hingga depresi yang dialami, kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya kita butuhkan. Apa yang membuat kita stress dan bagaimana kita meredakannya. Terutama saat bekerja, apakah tekanan pekerjaan, upah yang turun akibat krisis, atau hal lainnya.
Thornton mengatakan dengan memahami aspek mana dari pekerjaan kita yang mungkin meningkatkan stres kita saat ini, kita akan lebih mudah untuk mengidentifikasi apa yang sebenarnya diperlukan untuk membuat stress berkurang. Mungkin jadwal kerja yang dikurangi akan membantu kita istirahat lebih baik. Mungkin kita harus berhenti melakukan banyak rapat Zoom setiap harinya. Atau mungkin melakukan negosiasi mengenai kebijakan kantor yang dirasa menekan karyawan.
Sistem bekerja di rumah selama krisis memang beragam. Tidak semua orang dapat mengikuti sistem tersebut dan tidak semua orang dapat beradaptasi dengan baik. Apalagi jika banyak gangguan dari keluarga yang membuat kita tidak fokus dalam bekerja. Untuk itu kita dapat mencari tahu sistem bekerja seperti apa yang dapat diterima oleh kantor tanpa merugikan siapapun. Terbuka kepada perusahaan dan berani mengungkapkan apa yang kita rasakan tentu akan baik untuk kesehatan mental kita.
Jika perasaan stress dan depresi tak kunjung reda, sebaiknya kita bertemu dengan ahlinya. Selain kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting kita jaga ditengan krisis seperti ini. Dengan begitu, kita dapat tetap bekerja dengan baik, dan mampu melawan pandemic coronavirus dengan maksimal. (Mar)